Dalamperaturan bangunan tahan gempa Indonesia, analisa statik ekivalen ini, digunakan untuk persyaratan sebagai berikut : - Gedung dengan tinggi maksimum kecil dari Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung. SNI 03-2847-2002 : Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung. The selection of material is one of the important aspects used to design a building as it is known that every type of material has a different characteristic. The steel material used as the main component of building structure because of its ductility is more than another material which is the main criterion to design an earthquake resistance building. In this paper, an earthquake steel resistant structure building will be design. This building structure will consist of a five-story office with a regular structure configuration. A special moment frame SMF used as the resisting structure system of the earthquake loads as the amount of its load is analyzed using the spectrum response method. The steel material used is type of A36 fy = 250 MPa; fu = 400 MPa, concrete used f’c = 30 MPa. The design process then produces an earthquake steel resistant structure building, which satisfies the requirement of story drift with a maximum number of story drift occurred in the 2nd story which is mm less than allowed story drift that is 95 mm. A structure element dimension used is a beam with a profile of W16x7x40 for every level in the X-axis direction, and the beam with a profile is for every level in Y-axis direction, 12 cm thick plates and column with a profile W14x16x211 is regularly used to every level. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free pISSN 2723-3472 eISSN 0000-0000 Volume 1, Issue 2, September 2020, pages 9-16 REKONSTRUKSI TADULAKO Civil Engineering Journal on Research and Development Analisis Struktur Baja Tahan Gempa dengan Sistem SRPMK Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus Berdasarkan SNI 17292015 dan SNI 17262012 Zacharia dan G. Turuallob* aAlumni Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako, Jl. Soekarno Hatta Km. 9 Palu 94118, Indonesia bJurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako, Jl. Soekarno Hatta Km. 9 Palu 94118, Indonesia * Corresponding author’s e-mail turuallo Received 12 August 2020; revised 22 August 2020; accepted 23 August 2020 Abstract The selection of material is one of the important aspects used to design a building as it is known that every type of material has a different characteristic. The steel material used as the main component of building structure because of its ductility is more than another material which is the main criterion to design an earthquake resistance building. In this paper, an earthquake steel resistant structure building will be design. This building structure will consist of a five-story office with a regular structure configuration. A special moment frame SMF used as the resisting structure system of the earthquake loads as the amount of its load is analyzed using the spectrum response method. The steel material used is type of A36 fy = 250 MPa; fu = 400 MPa, concrete used f’c = 30 MPa. The design process then produces an earthquake steel resistant structure building, which satisfies the requirement of story drift with a maximum number of story drift occurred in the 2nd story which is mm less than allowed story drift that is 95 mm. A structure element dimension used is a beam with a profile of W16x7x40 for every level in the X-axis direction, and the beam with a profile is for every level in Y-axis direction, 12 cm thick plates and column with a profile W14x16x211 is regularly used to every level. Keywords ductility, earthquake resistance building, special moment frame and spectrum response method. Abstrak Pemilihan material merupakan salah satu aspek penting yang digunakan untuk mendesain suatu bangunan karena diketahui setiap material memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Tulisan ini bertujuan untuk memberi gambaran bagaimana mendesain bangunan rangka baja berdasarkan sistim rangka pemikul momen khusus SRPMK. Material baja digunakan sebagai komponen utama struktur gedung karena lebih daktail dari material lain yang mana menjadi kriteria utama dalam mendesain gedung tahan gempa. Struktur gedung ini merupakan gedung perkantoran yang terdiri dari lima lantai dengan konfigurasi struktur yang teratur. Sistim rangka pemiku l momen khusus SRPMK yang digunakan sebagai sistem struktur penahan beban gempa yang besar bebannya dianalisis dengan menggunakan metode spektrum respon. Material baja yang digunakan adalah tipe A36 fy = 250 MPa; fu = 400 MPa, beton yang digunakan f’c = 30 MPa. Hasil perancangan menghasilkan bangunan struktur baja tahan gempa yang memenuhi persyaratan drift lantai dengan jumlah drift lantai maksimum yang terjadi pada lantai 2 yaitu 93,5 mm lebih kecil dari simpangan yang diperbolehkan yaitu 95 mm. Dimensi elemen struktur yang digunakan adalah balok dengan profil Wx16x7x40 untuk setiap level pada arah sumbu-X, dan balok dengan profil adalah Wx14x6,75x38 untuk setiap level pada arah sumbu-Y, tebal pelat 12 cm dan kolom dengan a profil W14x16x211 secara teratur digunakan untuk setiap level. Kata kunci daktilitas, bangunan tahan gempa, rangka momen khusus dan metode respon spektrum. 1. Pendahuluan Salah satu tahapan penting dalam perencanaan suatu struktur bangunan yaitu pemilihan jenis material yang akan digunakan. Selama ini material yang dikenal dalam dunia konstruksi berupa baja, beton bertulang serta kayu. Material baja sebagai bahan konstruksi telah lama digunakan mengingat baja memliki keunggulan dibandingkan material lain yaitu baja memiliki daktilitas yang cukup tinggi, karena suatu batang baja yang menerima tegangan tarik yang tinggi akan mengalami regangan tarik cukup besar sebelum terjadi keruntuhan. Gempa bumi merupakan fenomena alam berupa getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat adanya pelepasan energi dari kerak bumi secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa bumi disebabkan oleh adanya pergerakan kerak bumi atau lempeng bumi. Lokasi terjadinya gesekan ini disebut fault zones. Benturan antar lempeng bumi tersebut menjalar dalam bentuk gelombang sehingga menyebabkan permukaan bumi dan bangunan di atasnya bergetar. Pada saat bergetar, timbul gaya-gaya pada struktur bangunan karena adanya kecenderungan massa bangunan untuk mempertahankan dirinya dari gerakan sehingga gempa bumi mempunyai kecenderungan menimbulkan gaya-gaya lateral pada struktur [1]. Dengan adanya beban lateral yang timbul akibat beban gempa, maka diperlukan analisa terkait untuk memperhitungkan besarnya pengaruh beban gempa tersebut terhadap struktur yang direncanakan sehingga struktur yang direncanakan mampu menahan beban gempa dan memenuhi filosofi bangunan tahan gempa. Budiono dan Supriatna pada 2012 [2], memberikan filosofi dasar dalam merencanakan bangunan tahan gempa yaitu sebagai berikut a. Bila terjadi gempa ringan 6 SR, bangunan boleh rusak tetapi tidak langsung roboh, sehingga penghuni bangunan masih mempunyai waktu untuk menyelamatkan diri. Dalam tulisan ini akan direncanakan bangunan struktur baja bertingkat tahan gempa dengan konfigurasi struktur sebagai struktur beraturan. Tujuannya agar dapat diperoleh suatu desain struktur baja tahan gempa sesuai dengan SNI 17292015 [3] dan SNI 17262012 [4] yang mengacu pada AISC-LRFD. Tujuan dari perencanan gedung struktur baja menurut SNI 17292015 [3] yaitu untuk menghasilkan suatu struktur gedung yang mampu berkinerja secara optimal pada kondisi beban kerja rencana serta memenuhi tujuan lainnya seperti kemudahan pelaksanaan. Pada umumnya suatu struktur dinyatakan layak apabila memenuhi persyaratan kekuatan dan kenyamanan dimana struktur tersebut tidak mudah terguling, miring atau tergeser selama umur rencana bangunan. Dalam merencanakan suatu struktur tahan gempa terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan pengaruhnya terhadap kinerja struktur dalam meneriman beban gempa. Secara garis besar, SNI 17262012 [4] memberikan 3 hal penting yang harus diperhatikan dalam perencanaan, yaitu a. Beban gempa rencana Besarnya beban gempa rencana ditentukan oleh peruntukan bangunan, jumlah tingkat, berat total bangunan, dan lokasi bangunan tersebut didirikan berkaitan dengan zona gempa. Selain itu, kondisi tanah di lokasi pembangunan gedung juga berpengaruh terhadap besaran beban gempa rencana. b. Konfigurasi gedung Konfigurasi gedung mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap perilaku struktur dalam menerima beban gempa. Bagian dari konfigurasi gedung yang paling berpengaruh ialah sifat geometrisnya, yang menentukan suatu struktur diklasifikasikan sebagai struktur beraturan atau tidak beraturan. Adapun syarat geometris dari suatu struktur gedung sesuai dengan SNI 17262012 [4] yaitu struktur gedung merupakan struktur beraturan yang memiliki denah simetris dalam horizontal maupun arah vertikal. c. Daktilitas struktur Daktilitas struktur merupakan suatu kemampuan suatu struktur untuk terus berdeformasi plastis saat menerima beban yang melampaui batas elastisnya. Daktilitas ini memungkinkan perencanaan gedung yang ekonomis, tapi tetap tidak runtuh mendadak saat terjadi gempa kuat. Daktilitas struktur sangat bergantung kepada tipe sistem penahan gempa yang digunakan pada struktur tersebut. Karena setiap sistem penahan gempa memiliki tingkat deformasi yang beragam sesuai dengan prinsip kerjanya dan karakteristik material yang digunakan. Filosofi desain yang paling umum diterapkan dalam perancangan struktur tahan gempa yaitu konsep desain kapasitas. Konsep ini pada dasarnya bertujuan pada pengendalian terbentuknya sendi plastis terhadap elemen struktur tertentu dimana sendi plastis ini kemudian diharapkan mampu untuk memancarkan sekaligus membatasi energi gempa yang masuk ke sistem struktur melalui deformasi inelastis yang cukup besar tanpa mengalami keruntuhan sementara elemen struktur lainnya harus direncanakan agar lebih kuat dari sendi plastis yang terjadi [5]. Melalui mekanisme pemancaran energi ini, suatu struktur dapat didesain berdasarkan respon inelastisnya terhadap beban gempa. Oleh karena itu, perilaku daktail dari material struktur yang digunakan akan sangat menentukan bagi kemampuan struktur untuk dapat berdeformasi inelastik secara berkelanjutan akibat gempa tanpa mengalami penurunan kekuatan yang berarti [6-7]. Dalam penerapan konsep desain kapasitas struktur tahan gempa yaitu mekanisme pergoyangan struktur harus mengacu pada prinsip strong column weak beam dengan tujuan agar terjadi mekanisme pergoyangan dengan sebagian besar sendi plastis pada balok. Adapun mekanisme kerja strong column weak beam yaitu pada saat struktur mendapat gaya lateral gempa, distribusi kerusakan sepanjang ketinggian bangunan bergantung pada distribusi lateral story drift simpangan antar lantai. Jika struktur memiliki kolom lebih kuat daripada balok strong column weak beam, maka drift akan tersebar merata dan keruntuhan lokal di satu lantai dapat diminimalkan Gambar 1a. Sebaliknya jika kolom yang lemah, simpangan antar lantai akan cenderung terpusat pada satu lantai soft story effect seperti ditunjukkan pada Gambar 1b. a. Strong column weak beam b. soft story effect Gambar 1. Mekanisme keruntuhan soft story [8] Untuk menghitung besarnya pengaruh beban gempa terhadap suatu struktur gedung digunakan analisis ragam spektrum respon yang merupakan metode analisis respon dinamik yang diperoleh dari hasil superposisi respon dinamik maksimum oleh sejumlah ragam getarnya mode shape. Metode ini juga merupakan metode analisis dinamik yang bersifat linier-elastik dimana spektrum respon yang digunakan dalam analisis merupakan hasil idealisasi atau penyederhanaan dari spektrum respon linier-elastik linier elastic response spectrum, yang berupa grafik hubungan antara spektrum percepatan gempa dan periode getar seperti pada Gambar 2. Gambar 2 memperlihatkan salah satu contoh dari spektrum respon asli yang berupa akselelogram yang sangat fluktuatif hasil rekaman gempa San Fransisco pada tahun 1971. Rekaman akselelogram tersebut kemudian diberikan REKONSTRUKSI TADULAKO Civil Engineering Journal on Research and Development, Vol. 12, September 2020 11 redaman kritis critical damping sebesar 2%, 5%, 10%, dan 20%, untuk memperoleh spektrum rata-rata yang dapat mewakili banyak spektrum pada periode T tertentu. Dalam hal ini spektrum rata-rata diperoleh pada redaman sebesar 5%. Kemudian spektrum respon rata-rata tersebut dibuat menjadi lebih halus smoothed elastic spectrum, seperti Gambar 3. Gambar 2. Spektrum respon gempa San Fernando 1971 dengan berbagai tingkat redaman [9]. Gambar 3. Spektrum respon rata-rata dan smoothed elastic spectrum [9] Smoothed elastic spectrum merupakan spektrum respon elastik yang telah disederhanakan namun masih harus diproses lebih lanjut lagi untuk mendapatkan spektrum respon inelastik. Spektrum respon inelastik inilah yang nantinya akan dipakai untuk menghitung beban gempa desain, sesuai dengan daktilitas sistem struktur yang direncanakan. Untuk mengubah spektrum respon elastik menjadi spektrum respon inelastik maka diperlukan suatu faktor skala yang merupakan perbandingan antara faktor keutamaan gempa Ie dan koesifien modifikasi respon R yang merupakan representasi dari daktilitas sistem struktur yang direncanakan. Gambar 4 memperlihatkan spektrum respon elastik yang telah diskalakan menjadi spektrum respon inelastik. Untuk mendapatkan hasil kombinasi dari respon masing-masing ragam dapat menggunakan 2 metode kombinasi yaitu kombinasi kuadratik lengkap CQC dan akar jumlah kuadrat SRSS, tentunya dengan sejumlah syarat yang harus diperhatikan dalam penggunaan salah satu dari metode di atas. Dalam mendesain elemen struktur baja terhadap pengaruh beban gempa dan beban lainnya yang bekerja pada struktur, digunakan metode LRFD Load Resistance Factor Design. Metode LRFD merupakan metode perencanaan struktur baja dengan membandingkan kekuatan struktur yang diberi suatu faktor resistensi ϕ terhadap kombinasi beban terfaktor yang bekerja pada struktur tersebut ∑γiQi. Pada metode ini fokus perencanaan berdasarkan kondisi batas kekuatan ultimate strength yang menjamin keselamatan publik terhadap beban ekstrim selama masa pakai struktur. Gambar 4. Spektrum respon elastik yang diskalakan [9] Perencanaan metode LRFD memenuhi syarat jika kuat rencana ϕRn lebih besar dari kuat perlu Ru dengan nilai ϕ bervariasi tergantung aksi komponen yang ditinjau [10]. Kuat perlu merupakan nilai maksimum dari berbagai kombinasi pembebanan yang ditentukan dengan bantuan analisis struktur. Hasil analisis struktur kemudian digunakan untuk mengevaluasi setiap elemen struktur dan dibandingkan dengan kuat rencana tiap elemen struktur sesuai dengan gaya internal yang bekerja. Tinjauan setiap elemen diperlukan dengan tujuan untuk memeriksa karakter setiap aksi dan perilaku keruntuhannya. 2. Metode Penelitian Data Perencanaan Lokasi perencanaan gedung dalam tulisan ini terletak di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Pemilihan lokasi ini dimaksudkan karena Kota Palu merupakan salah satu wilayah gempa kuat sesuai dengan Peta Hazard Gempa Indonesia 2017 [11]. Gedung direncanakan merupakan gedung perkantoran bertingkat 5 lima dengan tinggi tipikal 3,8 meter. Sistem struktur atas yang digunakan merupakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus SRPMK dari baja [12-16]. Pemilihan dimensi profil yang akan digunakan dalam perencanaan yaitu dengan cara memperkirakan trial error dimensi awal elemen struktur berdasarkan ketentuan yang berlaku. Sistem lantai digunakan struktur komposit dengan dek baja gelombang. Adapun tipe struktur bawah digunakan pondasi tiang beton bored pile. Material struktur yang digunakan terdiri dari baja dengan mutu A36 fy = 250 MPa; fu = 400 MPa dan beton dengan kuat tekan f’c = 30 MPa. Denah gedung arah horizontal memiliki bentang yang bervariasi yaitu 4 m dan REKONSTRUKSI TADULAKO Civil Engineering Journal on Research and Development, Vol. 12, September 2020 12 6 m. Sedangkan denah gedung arah vertikal diseragamkan dengan bentang 5 m. Adapun denah dari struktur yang direncanakan seperti Gambar 5. Gambar 5. Denah rencana gedung Metode Perencanaan Perencanaan awal Preliminary design dan pemodelan struktur, Perhitungan beban gravitasi dan beban gempa berdasarkan SNI 1727-2013 [17] dan SNI 1726-2012 [4] berurutan. Selanjutnya dilakukan perhitungan kombinasi pembabanan dan analisa struktur dengan bantuan Etabs 16 [18]. Kemudian pengecekan waktu getar alami struktur T. rasio partisipasi massa gaya geser dasar base shear dan evaluasi kinerja struktur yakni simpangan antar lantai dan efek P-delta. Jika semuanya memenuhi maka dilanjutkan dengan desain elemen struktur berdasarkan SNI 1727-2015 [3] dan desain sambunga, namun jika hasilnya tidak memenuhi maka kembali ke perencanaan awal 3. Hasil dan Pembahasan Dimensi Elemen Struktur Tabel 1 merupakan dimensi awal elemen struktur yang digunakan dalam perencanaan didasarkan pada preliminary design dengan memperkirakan profil yang digunakan sesuai ketentuan yang berlaku. Tabel 1. Dimensi elemen struktur Balok Induk arah X Tkt 1 – 5 Balok Induk arah Y Tkt 1 – 5 Pemodelan Struktur 3 Dimensi Sebagaimana telah dituliskan sebelumnya bahwa Berdasarkan dimensi elemen struktur yang direncanakan, kemudian struktur gedung dimodelkan ke dalam bentuk 3D menggunakan Etabs 2016. Berikut hasil pemodelan struktur gedung menggunakan perangkat lunak Etabs 2016 diperlihatkan oleh Gambar 6. Gambar 6. Tampilan perspektif struktur Pembebanan Struktur Secara garis besar beban yang bekerja pada struktur terbagi atas beban gravitasi, beban notional dan beban gempa. Beban gravitasi merupakan seluruh beban mati D dan beban hidup L yang direncanakan bekerja pada struktur yang terdiri dari a. Beban mati D − Berat sendiri elemen struktur dihitung secara otomatis oleh program Etabs 2016 − Beban finishing pelat atap, Q = 1,913 kN/m2 − Beban finishing pelat lantai, Q = 1,397 kN/m2 − Beban dinding partisi kaca - q = 2,102 kN/m arah x - q = 2,117 kN/m arah y − Beban dinding partisi bata ringan - q = 7,065 kN/m arah x - q = 7,167 kN/m arah y b. Beban hidup L − Beban hidup merata pada pelat atap, Q = 0,96 kN/m2 − Beban hidup merata pada pelat lantai - Lobi dan koridor lantai pertama = 4,79 kN/m2 - Koridor di atas lantai pertama = 3,83 kN/m2 - Kantor = 2,40 kN/m2 Sementara itu, untuk beban notional yang bekerja pada struktur akan dihitung secara otomatis oleh program Etabs 2016 dengan besar beban yang bekerja yaitu 0,002 dari berat total struktur. Untuk beban gempa, dianalisis menggunakan metode respon spectrum analisis ragam spectrum respon, dengan parameter analisisnya ditentukan berdasarkan SNI 17262012 Tabel 2 − Jenis pemanfaatan gedung Kantor − Kategori resiko struktur II − Faktor keutamaan gempa, Ie = 1,0 REKONSTRUKSI TADULAKO Civil Engineering Journal on Research and Development, Vol. 12, September 2020 13 Tabel 2. Kombinasi Beban 1,46D + 1,3Qx + 0,39Qy + 0,5L 1,46D + 0,39Qx + 1,3Qy + 0,5L D Beban mati L Beban hidup Qx Beban gempa arah sumbu x Qy Beban gempa arah sumbu y − Klasifikasi situs Tanah lunak, SE − Nilai Ss = 2,164 g − Nilai S1 = 0,765 g − Faktor Fa = 0,90 − Faktor Fv = 2,40 − Respon percepatan gempa desain − SDS = 1,298 g ; SD1 = 1,224 g − Periode Ts = 0,943 detik − Periode T0 = 0,189 detik − Kategori desain seismik E − Faktor daktilitas struktur, R = 8 Hasil Analisa Struktur Dari hasil analisis struktur menggunakan bantuan perangkat lunak software Etabs 2016, diperoleh bentuk ragam getar mode shape pertama dan kedua struktur ketika dilakukan analisa vibrasi beban yaitu didominasi oleh gerak translasi untuk masing-masing arah sumbu-X dan sumbu-Y. Bentuk kedua ragam getar yang dimaksud dapat dilihat seperti pada Gambar 8 dan Gambar 7. Spektrum Respon Percepatan Gempa Desain Gambar 8. Ragam Getar Pertama T = 1,121 detik Gambar 9. Ragam Getar Kedua T = 0,934 detik REKONSTRUKSI TADULAKO Civil Engineering Journal on Research and Development, Vol. 12, September 2020 14 Sementara itu, nilai rasio partisipasi massa yang diperoleh dari 15 ragam getar yang diikutsertakan dalam analisis, mencapai 90% pada ragam getar ke-5 dengan ragam pertama dan kedua di dominasi oleh gerak translasi. Waktu getar alami yang dimiliki struktur pada arah sumbu-X sebesar T = 0,934 detik. Nilai periode ini memenuhi batas atas periode fundamental CuTa dan periode fundamental pendekatan Ta, hal ini sesuai persyaratan waktu getar alai struktur yang diatur dalam SNI 17262012 [4]. Sedangkan waktu getar alami yang dimiliki struktur pada arah sumbu-Y sebesar T = 1,121 detik, dimana nilai periode tersebut melebihi batas atas periode fundamental CuTa dan memenuhi batas periode fundamental pendekatan Ta, sehingga untuk memenuhi syarat waktu getar alami, maka digunakan batas atas periode fundamental sebagau waktu getar struktur pada arah-Y. Simpangan antar lantai yang terjadi pada struktur menunjukkan bahwa seluruh simpangan yang terjadi masih dalam batas aman, yang artinya bahwa keseluruhan kinerja struktur gedung yang direncanakan sudah cukup baik. Simpangan antar lantai terbesar terjadi pada arah sumbu Y, yaitu di tingkat 2 sebesar 93,5 mm. Nilai simpangan ini kurang dari simpangan antar lantai ijin sebesar 95 mm. Adapun lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Grafik Simpangan Antar Lantai Hasil analisis diatas menunjukkan bahwa baik dimensi maupun geometri dari struktur yang direncanakan sudah cukup untuk menjamin struktur tetap berperilaku elastis selama terjadi gempa, terlepas dari daktilitas yang direncanakan pada struktur tersebut. Hasil Desain Elemen Struktur Berikut merupakan hasil desain elemen struktur untuk gedung yang direncanakan a. Balok Profil balok yang digunakan pada struktur yang direncanakan termasuk penampang kompak sehingga tekuk lokal tidak akan terjadi pada balok sehingga kuat lentur nominal penampang hanya bergantung pada kondisi batas material leleh yielding atau kondisi batas tekuk lateral. Adapun juga profil balok yang digunakan memenuhi syarat kekuatan dimana kuat lentur dan kuat geser nominal profil yang digunakan mampu menahan momen dan geser akibat beban yang bekerja pada struktur. Adapun jenis sambungan yang digunakan pada balok yaitu sambungan reduced beam section RBS untuk balok pada arah sumbu X dan sambungan flush end plate untuk balok pada arah sumbu Y. Masing-masing dari kedua jenis sambungan yang digunakan pada balok memenuhi syarat yang berlaku. b. Kolom Profil kolom yang digunakan pada struktur yang direncanakan termasuk penampang kompak sehingga tekuk lokal tidak akan terjadi pada balok sehingga kuat lentur nominal penampang hanya bergantung pada kondisi batas material leleh yielding atau kondisi batas tekuk lateral. Profil kolom yang “kompak” juga berdampak pada tidak terjadinya pembesaran momen akibat P-Delta sehingga kolom yang digunakan mampu menahan beban yang bekerja pada struktur dan memenuhi syarat kekuatan dimana kuat lentur dan kuat tekan nominal profil yang digunakan mampu menahan momen dan gaya aksial akibat beban yang bekerja pada struktur. Adapun profil kolom yang digunakan juga memenuhi syarat pada pasal H1 SNI 17292015 terkait struktur elemen yang menerima kombinasi gaya aksial dan momen sekaligus. c. Join Pada pertemuan antara balok dengan kolom join tidak perlu adanya penambahan pelat ganda untuk menambah kekuatan geser pada join. Hal ini sesuai dengan Pasal J10-11 ANSI/AISC 360-10 dimana jika kuar geser nominal pada join lebih dari geser yang terjadi pada join ϕRv >Ru, maka tidak diperlukan pelat ganda doubler plate pada join. Adapun dari hasil pemeriksaan kuat lentur nominal balok dan kolom yang bertemu d join menunjukkan bahwa kuat lentur nominal kolom hasil desain lebih besar daripada kuat lentur nominal balok yang bertemu di join yang sama di semua tingkatan struktur. Hal ini juga memberikan gambaran bahwa daktilitas yang dimilik struktur gedung hasil perencanaan telah memenuhi konsep “kolom kuat-balok lemah”. d. Pelat Pelat yang digunakan berupa pelat komposit antara beton dengan dek baja gelombang. Dengan mutu beton 30 MPa serta kuat leleh dek baja 350 MPa, mampu menahan beban yang bekerja pada pelat selama masa konstruksi dan setelah masa konstruksi. Adapun beton dan dek baja dihubungkan menggunakan shear connector tipe stud dengan diameter 19 mm dengan jumlah stud connector sebanyak 19 buah. 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan desain struktur yang telah dilakukan, terdapat beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan ini. 1. Berdasarkan analisis modal terhadap model struktur gedung rencana memiliki potensi terhadap terjadinya efek torsi akibat beban gempa. Hal ini dapat dilihat dari nilai rasio partisipasi massa ragam pertama akibat REKONSTRUKSI TADULAKO Civil Engineering Journal on Research and Development, Vol. 12, September 2020 15 gerak rotasi pada arah sumbu X sebesar 19,81% lebih besar dari gerak translasi pada arah sumbu tersebut. 2. Struktur gedung yang direncanakan memiliki karakteristik dinamik sebagai berikut a. Periode fundamental struktur untuk ragam pertama saat dilakukan analisis vibrasi bebas ialah 1,121 detik, nilai ini memenuhi syarat batas bawah periode getar struktur namun melewati batas atas periode getar struktur sehingga digunakan batas atas periode getar 1,069 detik untuk periode fundamental ragam pertama dan telah memenuhi syarat dalam SNI 17262012. b. Periode fundamental struktur untuk ragam kedua saat dilakukan analisis vibrasi bebas ialah 0,934 detik, nilai ini memenuhi syarat batas bawah dan batas atas periode getar struktur sesuai dalam SNI 17262012. c. Simpangan antar lantai maksimum struktur terjadi pada tingkat 2, dengan nilai simpangan sebesar 93,5 mm yang memenuhi syarat kurang dari nilai simpangan antar lantai ijin sebesar 95 mm. Hal ini memberikan gambaran bahwa struktur yang direncanakan tahan gempa memiliki standar kerja yang cukup baik sesuai dengan SNI 17262012. d. Daktilitas yang dimiliki struktur dari hasil perencanaan telah sesuai dengan prinsip strong column weak beam. Hal ini dibuktikan dengan kuat lentur nominal kolom hasil desain yang lebih besar dari kuat lentur nominal balok yang bertemu pada join yang sama di semua tingkat. 3. Dalam perencanaan sistem rangka pemikul momen khusus SRPMK pada struktur yang direncanakan memenuhi syarat kapasitas yang sesuai dengan SNI 17292015 dan AISC 358-10. Adapun hasil desain terhadap tiap-tiap elemen struktur tersebut adalah sebagai berikut a. Elemen balok pada struktur dalam sumbu X memiliki dimensi yang seragam, yaitu profil W16x7x40 pada semua tingkat dengan sambungan menggunakan sambungan reduced beam section. Sedangkan elemen balok pada struktur dalam sumbu Y juga memiliki dimensi yang seragam, yaitu profil W14x6,75x38 pada semua tingkat dengan sambungan menggunakan sambungan flush end plate. b. Sambungan reduced beam section dengan kedalaman coakan parameter c 35,6 mm menghasilkan momen maksimum pada muka kolom Mf = 372,549 kurang dari momen plastis pada balok ϕdMpe = 401,25 c. Untuk sambungan flush end plate diperoleh tebal pelat ujung 26 mm serta diameter baut yang digunakan 24 mm dengan jumlah baut pada sisi tarik sebanyak 4 buah dan jumlah baut pada sisi desak sebanyak 2 buah. d. Elemen kolom pada struktur di semua tingkat memiliki dimensi yang seragam, yaitu profil W14x16x211. Elemen kolom mampu menahan momen akibat sambungan terhadap balok yang dibuktikan dengan tidak diperlukan pelat menerus pada pertemuan antar balok dengan kolom join. e. Pertemuan antar balok dengan kolom join memiliki kuat geser yang lebih besar dari gaya geser pada join yang dihasilkan. Hal ini dibuktikan dengan tidak diperlukan pelat ganda doubler plate pada zona panel. 4. Elemen pelat yang didesain dengan ketebalan 120 mm menggunakan dek gelombang mampu menahan momen yang terjadi pada masa konstruksi sebelum komposit dan masa layan setelah komposit. Beton dan dek baja dihubungkan menggunakan shear connector tipe stud dengan diameter 19 mm dengan jumlah stud connector sebanyak 19 buah. 5. Dimensi yang digunakan untuk base plate pada kolom eksterior dan kolom interior yait 600 mm x 600 mm dengan ketebalan 55 mm. Adapun baut angkur pada base plate kolom eksterior berjumlah 10 buah dan 4 buah baut angkur pada base plate kolom interior. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh bahwa baut angkur mampu menahan interaksi antara gaya tarik dan gaya geser yang terjadi pada baut angkur. Daftar Pustaka [1] Schodek, Struktur, Bandung PT. ERESCO, 1991. [2] Budiono and Supriatna, Studi Komparasi Desain Bangunan Tahan Gempa, Bandung ITB, 2012. [3] BSN, SNI 1727-2015 Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural, Jakarta Badan Standarisasi Nasional, 2015. [4] BSN, SNI 1726 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non-Gedung, Jakarta Badan Standarisasi Nasional, 2012. [5] Clough and J. Penzien, Dynamics of Structures Berkeley Computers & Structures, Inc., 1995. [6] K. Muto, Analisis Perancangan Gedung Tahan Gempa, Jakarta Erlangga, 1993. [7] T. Paulay and M. Priestley, Seismic Design of Reinforced Concrete and Masonry Buildings, New York John Wiley & Sons, Inc., 1992. [8] FEMA, NEHRP Recomended Provisions for New Building and Other Structures Training and Instructions Materials FEMA 451b, Washington Federal Emergency Management Agency 2007. [9] FEMA, Recomended Seismic Provisions Design Examples FEMA P-751, Washington Federation Emergency Management Agency NEHRP, 2012. [10] A. Setiawan, Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD. Jakarta Erlangga, 2008. [11] Kementerian-PUPR, Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia, Jakarta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2017. REKONSTRUKSI TADULAKO Civil Engineering Journal on Research and Development, Vol. 12, September 2020 16 [12] W. Dewobroto, Komputer Rekayasa Struktur dengan SAP2000, Jakarta LUMINA Press dan Dapur Buku, 2013. [13] W. Dewobroto, Rekayasa Komputer Dalam Analisis dan Desain Struktur Baja, Studi Kasus Direct Analysis Method AISC 2010, Semarang Universitas Kristen Petra, 2014. [14] W. Dewobroto, Struktur Baja Perilaku, Analisis & Desain –AISC 2010, Jakarta LUMINA Press, 2016. [15] AISC, Specification for The Design, Fabrication and Erection of Structural Steel for Buildings, Chicago American Institute Of Steel Contruction, 1978. [16] AISC, Manual of Steel Construction, Load & Resistance Factor Design, 2nd Edition,Volume 2, Illinois American Institute of Steel Contruction, 1994. [17] BSN, SNI 17272013, Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain, Jakarta Badan Standarisasi Nasional, 2013. [18] Computers-and-Structures, Steel Frame Design Manual AISC 360-10 for Etabs, USA Computers & Structures INC., 2016. ... Salah satu dari sekian dampak dari bencana gempa bumi adalah kerusakan terhadap Bangunan. gempa yang terjadi di permukaan bumi akan menggetarkan bangunan yang berdiri diatasnya [6]. Getaran yang diakibatkan oleh beban gempa sangat berpengaruh terhadap perilaku struktur bangunan contohnya pada bangunan yang tidak simetris [7]. ...... Pada penelitian yang dilakukan kali ini termasuk kedalam penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif karena pada dasarnya menggunakan teori yang ada sebagai acuan guna melakukan penelitian serta membuktikannya melalui percobaan sehingga di dapatlah hasil yang sudah sesuai dengan prosedur dari teori yang ada. Tahapan pada penelitian hal ini disajikan dalam bagan alir guna memperjelas langkah pengerjaan nya, alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 1, sebagai berikut [6] ...Yuga PinanggihDendi YogaswaraNegara Indonesia merupakan negara yang berada pada daerah jalur gempa teraktif di dunia karena berada pada jalur cincin api pasifik. Secara tektonik aktif negara Indonesia sangat memiliki peluang besar terjadi gempa berpotensi besar pada saat sekarang dan pada masa depan. Pergerakan lempeng tektonik mengakibatkan bergeraknya permukaan bumi sehingga secara otomatis bangunan yang berdiri di atas permukaan bumi akan mengalami kerusakan fisik bahkan dapat mengakibatkan hal yang sangat fatal seperti membahayakan jiwa manusia. Sebagagian besar kerugian materi yang di sebabkan oleh gempa adlah kerusakan bangunan terutama bangunan yang tidak simetris yang bangunan nya lebih dari 2 tingkat yang sangat berpotensi besr terjadi perpindahan horizontal pada struktur bangunan. Maka untuk meminimalisir atau mencegah terjadinya perpindahan horizontal pada struktur bangunan harus di beri pemisah struktur yang sering di sebut dilatasi supaya dapat mengurangi ketidakberaturan bangunan. Pada penelitian ini di lakukan di bangunan berlayot T dimana bangunan tersebut berada pada daerah rawan gempa yaitu pulau jawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku struktur yang di beri dilatasi sehingga dapat di ketahui besarnya perpindahan horizontal bangunan yang mengakibatkan benturan antar bangunan, jarak dilatasiyang efektif digunakan di daerah rawan gempa dan perhitungan penulangan elemen balok, kolom di sekitar dilatasi. Analiasa dilakukan dengan memisahkan bagunan yang menjadi 3 bangunan yaitu bangunan 1a, 1b, dan 1c. dengan dipisah menggunakan balok kantilever. Bangunan masing masing terdiri dari 3 lantai dan tinggi antar lantai 4 meter. Untuk mempermudah penelitian ini digunakan software analisis struktur yaitu Etabs. Data gempa yang digunakan mengacu pada time history kota garut. Detail perhitungan tulangan mengacu pada peraturan SNI 2847-2013 dan SNI 2847-2019. Hasil perpindahan yang dari nilai analisis struktur kurang dari 10cm sehingga dilatasi yang di rencanakan aman di gunakan.... Penelitian ini di lakukan dengan studi literatur dalam [2] penentuan metode perhitungan yang kan di pergunakan [3]dalam perencanaan struktur bangunan, penelitian ini memakai tata cara perencanaan menurut LRFD Load Ressistance Factor Designdan SNI-03-1729-2002 [4], American institute of steel contruction AISC [5]. Menurut [6]dalam merencanakan kontruksi tahan gempa adalah untuk mencegah terjadinya kegagalan struktur dan terjadinya major accident yang menimbulkan korban jiwa akibat dari kegagalan struktur. ...... Dimana  = faktor reduksi beban [3] Agar dapat memenuhi persyaratan tersebut di atas maka komponen elemen harus mencapai momen plastis sebelum terjadi keruntuhan struktur, yang di notasikan dengan persamaan sebagai berikut Rumus 2 ...AminDiah SarasantySemakin pesatnya pembangunan industri besar yang membutuhkan bangunan untuk proses produksi suatu industri besar, bangunan industri di tuntut mempunyai luas yang besar dan kuat agar dapat menunjang kegiatan produksi industri dalam skala besar, Bangunan yang paling cocok untuk industri besar adalah struktur gudang dengan kontruksi baja dengan tipe Gable frame, struktur baja ini memiliki banyak keunggulan dalam beberapa poin, mudah dalam pengerjaan, pemasangan, dan kekuatan kontruksi yang kuat, dan ekonomis dalam biaya pembangunan dari pada kontruksi baja lainnya. Pre eleminary design akan menetukan kuat rencana bangunan sesuai dengan kebutuhan dan akan menentukan profil baja yang akan di pakai dalam pembangunan gudang dengan tipe Gable Frame,dengan sistem rangka pemikul momen khusus SRPMK karena akan di simulasikan kontruksi tersebut akan di rencanakan kuat menahan respon yang di akibatkan oleh beban dengan hasil output dari SAP 2000 V14 struktur gudang gable frame tersebut di temukan penampang kolom dengan profil IWF 350 X 175 dan penampang balok yang perlu di tambahkan dalam susunan kontruksi gable frame tersebut, dan perlu di lakukan penggantian kolom dengan profil H Beam dengan profil 400x400 yang sangat kompak dan kuat dalam di jadikan kolom struktur, dan penambahan balok IWF 300 X 150 pada struktur atas pertemuan antara kolom dan rafter.... Analisis strong column weak beam penting dilakukan untuk melihat pola keruntuhan bangunan. Apabila terjadi guncangan, struktur dengan kolom yang lebih kuat daripada balok mengakibatkan simpangan yang terjadi akan tersebar secara merata dan keruntuhan lokal dapat diminimalkan [14]. ...Sefta Mega NurasihErizalBadan Standardisasi Nasional BSN melakukan pembaharuan peraturan tentang tata cara perencanaan dan pembangunan gedung agar lebih efektif dan efisien dengan menerbitkan SNI 17262019 dan SNI 28472019. Gedung Auditorium FEM yang dibangun dan direncanakan pada tahun 2018 menunjukkan bahwa dalam perencanaanya belum mengacu pada peraturan terbaru. Maka dari itu, penelitian dilakukan untuk mengevaluasi kesesuaian struktur Gedung Auditorium FEM dalam menahan gempa berdasarkan SNI 17262019, mengevaluasi kekuatan elemen struktur Gedung Auditorium FEM berdasarkan SNI 28472019, dan merekomendasikan perkuatan apabila elemen struktur terindikasi mengalami overstress. Penelitian dilakukan pada bulan Febrari – Juli 2020. Pemodelan dilakukan menggunakan SAP2000 berdasarkan as built drawing gedung. Analisis dilakukan menggunakan Microsoft Excel dan PCACOL Hasil pemodelan Gedung Auditorium FEM memenuhi persyaratan pada SNI 17262019. Partisipasi massa yang terjadi telah memenuhi syarat 90% pada moda keempat baik untuk arah X maupun Y. Waktu getar alami untuk arah X dan Y adalah 0,753 detik, gaya geser dasar yang diperlukan dikalikan dengan faktor skala 2,27 untuk arah X dan 1,80 untuk arah Y, simpangan antar lantai untuk arah X dan Y aman. Analisis berdasarkan SNI 28472019 belum memenuhi persyaratan keselamatan struktur. Terdapat 29 balok dan 11 kolom yang mengalami tegangan lebih. Rekomendasi perkuatan struktur balok dan kolom dilakukan dengan metode FRP.... Pada tahun 2020 Bangunan baja perlu dianalisis terhadap beban gempa. Penelitian analisis struktur bangunan baja tahan gempa berdasarkan SNI 17292015 dengan menggunakan baja tipe A36, mutu beton fc 30MPa menghasilkan dengan jumlah displacement lantai maksimum pada lantai 2 dengan besaran 93,5mm melebihi batas minimum yaitu 95mm dengan analisis beban gempa Zachari, 2020. Analisis sambungan yang mengalami momen akibat beban gempa pada struktur bangunan baja dengan tipe sambungan tahan gempa menurut SNI 79722013 ada 3 yaitu 4ES, 8ES dan PSB dengan metode analisis yang digunakan menurut SNI 17292015 yaitu metode DFBK dan DKI menghasilkan tipe sambungan yang paling kuat untuk model gedung baja beraturan 10 lantai pada penelitian ini yaitu sambungan momen seismik pelat ujung yang diperpanjang menggunakan pengaku dengan delapan baut Siregar, 2020. ... Berkat Cipta ZegaPuguh Novi PrasetyonoFeriza NadiarArik TriarsoWilayah Indonesia termasuk wilayah yang rawan terhadap terjadinya gempa bumi karena posisi geografis Indonesia yang berada diantara tiga lempeng besar dunia yang terus aktif dan bergerak. Pada bidang konstruksi pengaruh terhadap terjadinya gempa perlu diperhatikan khususnya bangunan yang strukturnya terbuat dari baja. Selama ini bangunan gudang yang terbuat dari baja belum menggunakan bracing pada struktur antar kolom sehingga apabila terjadi gempa maka kemungkinan kerusakan pada bangunan tersebut sangat besar, karena tidak adanya penahan beban geser pada bangunan akibat pergoyangan yang disebabkan oleh gempa bumi. Metode yang dilakukan pada penetian ini adalah metode kuantitatif. Perencanaan bangunan struktur baja menggunakan SNI 17292020 untuk mengetahui profil yang digunakan sesuai dengan beban yang terjadi pada struktur bangunan baja. Perencanaan beban gempa sesuai dengan SNI 17262012. Analisis data dengan pemodelan struktur menggunakan software SAP2000. Hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa dengan desain bangunan struktur baja menggunakan perkuatan bracing yang diletakkan antar kolom terhadap beban gempa menambah kekakuan struktur bangunan baja tersebut. Didapatkan penurunan gaya axial sebesar 20,57%, gaya geser terjadi penurunan 1,53%, momen mengalami penurunan 1,11%, dan displacement mengalami penurunan 0,46%.... Untuk membangun gedung di daerah rawan gempa banyak masyarakat memilih membangun gedung menjauhi pusat gempa tersebut, kita bisa membangun gedung di daerah rawan gempa tanpa harus mengkhawatirkan ketahanan gedung tersebut terhadap bencana, seperti yang diutarakan oleh Teddy Boen, penggerak World Seismic Safety Initiative di Indonesia "Perkuatan secara vertikal lebih baik dilakukan daripada perkuatan horizontal". Oleh karena itu, untuk mengurangi resiko akibat bencana gempa tersebut perlu direncanakan struktur bangunan tahan gempa [1][2][3]. ...M. BasyirF. AmirS. OkaPalu City is located in an earthquake-prone area. To Construct a building in earthquake-prone areas, many people like to construct buildings far away from the epicenter, we should be able to construct buildings in earthquake-prone areas without any worries about the resilience of the building related to seismic load. In this final project, a 4 four storey shophouse will be designed as the Special Moment Resisting Frame method using the SNI-2847-2019 and SNI- 1726-2019 standard. The seismic load was simulated using the response spectrum and the structural element was analyzed by 3D Structural Analysis Programme. The design results meet the dimensions of each structural elements. There were slab thickness 125 mm, column dimensions 600 mm x 600 mm, dimensions of beam 400 mm x 600 mm, the dimensions of the joist 200 mm x 400 mm and tie beam dimension 400 mm x 600 mm with the reinforcement obtained from each structural element meet the requirements of SNI-2487- 2019, Standard of structural concrete for buildings.... Perencanaan-perencanaan terkini cenderung mengarah ke desain bangunan tahan gempa berbasis kinerja performance based seismic design yang memanfaatkan teknik analisis nonlinier untuk mengetahui respon inelastis struktur terhadap gempa yang terjadi, sehingga dapat diketahui level kinerja struktur tersebut. Salah satu metode analisis yang termasuk ke dalam konsep desain berbasis kinerja adalah analisis pushover yang merupakan metode analisis statis nonlinier yang dapat digunakan untuk meramalkan kinerja struktur terhadap beban lateral [10][11][12][13]. ...Buildings damages due to earthquakes generally happen because designs of the buildings do not consider earthquake resistance aspects and do not fulfil the technical standards of earthquake resistant buildings. The structure designed in this work was a seven-storey office building, with a symmetrical design plan. The earthquake-resisting system used was dual system with special moment resisting frame SMRF and special shear wall for reinforced concrete. The materials used in this design were concrete with compressive strength of f 'c = 30 MPa, Plain Steel Bars Grade 24 fy = 235 MPa, and Deformed Steel Bars Grade 40 fy = 390 MPa. The calculation structural elements results gave the size of main beams of 40 x 60 cm2, with reinforcement varying from 4D22 to 12D22 in the support area and from 3D22 to 5D22 in the midspan area; secondary beams with the size of 25 x 40 cm2, with reinforcement of 2D22 both in the support area and midspan area; the size of columns were 95 x 95 cm2, with reinforcement varying from 20D25 to 28D25; a 30 cm thick of shear walls reinforced with 2D22-175 mm in x-axis and 2D22-125 mm in y-axis; 12 cm thick slabs reinforced with Ø12-200 mm . For the tie beams with the size of 40 x 55 cm2, had reinforcement varying from 2D22 to 4D22 in the support area and from 3D22 to 5D22 in the midspan area. Pushover analysis results in a maximum total drift of 0,00425 which means the performance level of the structure is Immediate Occupancy... Bangunan kadang difungsikan tidak sesuai dengan yang direncanakan sehingga beban yang bekerja pada struktur bangunan tersebut dapat melampaui dari yang diperhitungkan sebelumnya [10]. Untuk meningkatkan kemampuan struktur itu, maka kuat nominal penampang harus ditingkatkan dengan cara memperbesar dimensi atau dengan perkuatan eksternal. ...T. Hilmansyah Herman ParungRudy DjamaluddinPrecast system is one of the reinforced concrete construction methods that can be used for development. GFRP-S Glass Fiber Reinforced Polymer Sheet is one of material that can be used as materials in precast concrete connections. The research aimed at analysing the strenght and behaviour of the concrete beams on beam-column joint precast with research was conducted at the Laboratory of Civil Engineering Structures and Materials Hasanuddin University. Beams dimensions was 15cm x 20cm x 120cm and the column was 45cm x 20cm x 100cm. The testing materials were the precast beams with GFRP-S. The imposition given is monotonic static load in one results showed that an increase in stiffness of the precast beams with GFRP-S. LSI amounted to of the LS. LIS amounted to of the LS. The average deflection of LS are mm. The average deflection of LSI are mm. The average deflection of LIS are mm. The models of failure in the precast beams with GFRP-S are rupture failure of Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non-GedungBsnBSN, SNI 1726 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non-Gedung, Jakarta Badan Standarisasi Nasional, MutoK. Muto, Analisis Perancangan Gedung Tahan Gempa, Jakarta Erlangga, Struktur Baja Dengan Metode LRFD. Jakarta ErlanggaA SetiawanA. Setiawan, Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD. Jakarta Erlangga, for The Design, Fabrication and Erection of Structural Steel for BuildingsAISC, Specification for The Design, Fabrication and Erection of Structural Steel for Buildings, Chicago American Institute Of Steel Contruction, of Steel Construction, Load & Resistance Factor DesignAISC, Manual of Steel Construction, Load & Resistance Factor Design, 2nd Edition,Volume 2, Illinois American Institute of Steel Contruction, Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur LainBsnBSN, SNI 17272013, Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain, Jakarta Badan Standarisasi Nasional, Frame Design Manual AISC 360-10 for EtabsComputersComputers-and-Structures, Steel Frame Design Manual AISC 360-10 for Etabs, USA Computers & Structures INC., 2016. SAP2000 v14.2.2 • Bab IV Pembebanan, analisis pembebanan gravitasi, gempa statik dan gempa. dinamik • Bab V Analisis Struktur Balok dan Kolom dengan SRPMM • Bab VI Analisis Struktur Balok dan Kolom dengan SRPMK • Bab VII Kesimpulan dan Saran. BAB II DESKRIPSI STRUKTUR 2.1. Lokasi Gempa bumi menyebabkan kerusakan bangunan dan korban jiwa. Kota Ternate tercatat telah terjadi gempa bumi yang belum lama terjadi, yaitu pada 15 November 2014 berkekuatan 7,3 skala richter SR, pada 25 Januari 2015 berkekuatan 5,4 SR, pada 8 Juni 2016 berkekuatan 6,6 SR dan masih banyak lagi gempa yang telah terjadi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur analisis pushover untuk mengevaluasi kinerja struktur gedung dan untuk mengetahui pola keruntuhan struktur gedung. Penelitian ini menggunakan metode Static Pushover Analysis menggunakan aturan FEMA356 2000. Penelitian menunjukan bahwa ada beberapa kesimpulan. Pertama, perpindahan hasil pushover maksimum max arah XZ = 52,046 mm > target perpindahan t = 42,874 mm. Kedua, max arah YZ = 10,693 mm t, karena skema distribusi sendi-plastis tidak memperlihatkan komponen struktur melewati Immediate Occupany IO, tapi ada kemungkinan terjadi balok kuat- kolom lemah apabila diperbesar step pembebanan, hal ini ditandai dengan adanya beberapa kolom yang duluan mencapai kinerja IO sebelum balok. Keempat, Kinerja komponen struktur arah YZ masih dalam keadaan aman karena max target perpindahan t = 42,874 mm. Kedua, max arah YZ = 10,693 mm t, karena skema distribusi sendi-plastis tidak mempe rlihatka n komponen struktur melewati Immediate Occupany IO, tapi ada kemungkinan terjadi balok kuat-kolom lemah apabila diperbesar step pembebanan, hal ini ditandai dengan adanya beberapa kolom yang duluan mencapai kinerja IO sebelum balok. Keempat, Kinerja komponen struktur arah YZ masih dalam keadaan aman kare na max 0,8 Vstatik FX = 3470256,57 > 3470183,4 FY = 3470307,63 > 3470183,4 b. Kontrol Partisipasi Massa Persyaratan partisipasi massa > 90% Hasil partisipasi massa > 90% c. Kontrol perioda Fundamental Struktur T Persyaratan Tci 42,874 mm t. Distribusi sendi plastis yang terjadi pada step-10 dan step-11 memperlihatkan tidak ada komponen struktur yang melewati batas kinerja Immediate Occupany IO sehingga dapat dikatakan kinerja komponen struktur masih dalam keadaan aman. Tapi ada komponen struktur kolom yang memperlihatkan telah sampai kinerja Immediate Occupany IO, sementara ada beberapa komponen struktur balok yang belum melewati batas kinerja Immediate Occupany IO sehingga ada kemungkinan terjadi kolom lemah-balok kuat. Seminar Nasional Keteknikan SINTEK 2018 TS - 86 Sendi Plastis Arah X Distribusi sendi plastis arah YZ ditampilkan pada Gambar 15 dari 8 s/d 11, karena dari tahap 8 mulai terjadi level kinerja Immediate Occupany IO. Gambar 15. Mekanisme keruntuhan arah YZ Target perpindahan t struktur untuk pembebanan arah-YZ gedung adalah 42,874 mm berada Diatas step-11, sehingga evaluasi komponen struktur tidak dilakukan karena displacement step-11 yang terjadi 10,692687 mm 42,874 mm. 2. Perpindahan hasil pushover maksimum δt max arah YZ yaitu pada step 11 lebih kecil dari target perpindahan δt, dengan angka 10,692687 mm δt, karena pada skema distribusi sendi plastis tidak memperlihatkan komponen struktur yang melewati Immediate Occupany IO, tapi ada kemungkinan terjadi balok kuat kolom lemah apabila diperbesar step pembebanan, hal ini ditandai dengan ada beberapa kolom yang duluan mencapai kinerja Immediate Occupany IO sebelum balok. 4. Kinerja komponen struktur arah YZ masih dalam keadaan aman karena δt max < δt dan skema distribusi sendi plastis tidak memperlihatkan komponen struktur yang melewati kinerja Immediate Occupany IO B. Saran Untuk menyempurnakan penelitian ini kedepannya perlu adanya saran sebagai berikut 1. Analisis pushover perlu dicoba dengan menggunakan referensi ATC-40 untuk membandingkan dengan FEMA 356. 2. Membandingkan hasil evaluasi kinerja gempa struktur metode distribusi statik ekuivalen dengan metode analisis respon riwayat waktu. 3. Analisis pushover perlu dicoba pada gedung-gedung tinggi lainya untuk mendalami perilaku seismik gedung bertingkat banyak. DAFTAR PUSTAKA Afandi, Nur Rachmad., 2010, Evaluasi Kinerja Seismik Struktur Beton Dengan Analisa Pushover Menggunakan Program SAP2000, Laporan Tugas Akhir, Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Anonimus, 1983, Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung, Yayasan LPMB, Bandung. Anonimus, 2012, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung, SNI 17262012, Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Anonimus, 2013, Beban Minimum Untuk Perancangan Bagunan Gedung dan Struktur Lain, SNI 17272013, Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Anonimus, 2013, Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung, SNI 28472013, Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. ASCE, 2000, FEMA 356 - Prestandard And Commentary For The Seismic Rehabilitation Of Building, Federal Emergency Management Agency, Washington, Nurdianti, Ulfa., 2013, Studi Keandalan Struktur Gedung Tinggi Tidak Beraturan Menggunakan Pushover Analysis Pada Tanah Medium, Laporan Tugas Akhir, Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar. Pranata, Yosafat Aji., 2006, “Evaluasi Kinerja Gedung Beton Bertulang Tahan Gempa dengan Pushover Analysis Sesuai ATC-40, FEMA 356, dan FEMA 440”, Jurnal Teknik Sipil, Vol. 3, No. 1, Januari 2006. Seminar Nasional Keteknikan SINTEK 2018 TS - 87 Satyarno, Iman. dkk. 2012, Belajar SAP2000 Analisis Gempa, Zamil Publishing, Yogyakarta. Setiawan, Agus. 2016, Perancangan Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SNI 28472013, Penerbit Erlangga, Jakarta. Sultan, Mufti Amir., 2016, “Evaluasi Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa Dengan Analisa Pushover”, Jurnal Sipil Sains, Vol. 6, No. 11, Maret 2016. Sumarwan., 2010, Evaluasi Kinerja Struktur Beton Tahan Gempa Dengan Analisis Pushover Menggunakan Software SAP2000, Laporan Tugas Akhir, Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tavio. dan Usman, Wijaya. 2018, Desain Rekayasa Gempa Berbasis Kinerja Performance Based Design, Edisi 2, Penerbit Andi, Yogyakarta. Titono, Michael., 2010, Analisa Ketahanan Gempa Dalam Rangka Konservasi Bangunan Bersejarah, Studi Kasus Gedung X, Laporan Tugas Akhir, Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok. Yosafat Aji PranataSeismic resistant building design in Indonesia become very important since most territories are classified in moderate and high seismic zone. Therefore three open frame buildings with special and intermediate moment resisting frame systems, ten-stories, regular reinforced concrete buildings, are studied and designed in according to SNI 1726 2002 and SNI 03-2847 2002. The seismic performances of these buildings are evaluated using Static Nonlinear Pushover Analysis by ETABS. The target displacement from performance evaluation using ATC-40 for building type I m, building type II m and building type III m ; from FEMA 356 building type I m, buildings type II m and building type III m; from FEMA 440 building type I m, building type II m and building type III m. Target displacements from SNI 1726-2002 are similar for each buildings at Pembebanan Indonesia Untuk Gedung, Yayasan LPMBAnonimusAnonimus, 1983, Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung, Yayasan LPMB, Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non GedungAnonimusAnonimus, 2012, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung, SNI 17262012, Badan Standardisasi Nasional, Minimum Untuk Perancangan Bagunan Gedung dan Struktur LainAnonimusAnonimus, 2013, Beban Minimum Untuk Perancangan Bagunan Gedung dan Struktur Lain, SNI 17272013, Badan Standardisasi Nasional, Beton Struktural Untuk Bangunan GedungAnonimusAnonimus, 2013, Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung, SNI 28472013, Badan Standardisasi Nasional, 356 -Prestandard And Commentary For The Seismic Rehabilitation Of BuildingD C WashingtonUlfa NurdiantiASCE, 2000, FEMA 356 -Prestandard And Commentary For The Seismic Rehabilitation Of Building, Federal Emergency Management Agency, Washington, Nurdianti, Ulfa., 2013, Studi Keandalan Struktur Gedung Tinggi Tidak Beraturan Menggunakan Pushover Analysis Pada Tanah Medium, Laporan Tugas Akhir, Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa Dengan Analisa PushoverMufti SultanAmirSultan, Mufti Amir., 2016, "Evaluasi Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa Dengan Analisa Pushover", Jurnal Sipil Sains, Vol. 6, No. 11, Maret Rekayasa Gempa Berbasis Kinerja Performance Based DesignTavioWijaya Dan UsmanTavio. dan Usman, Wijaya. 2018, Desain Rekayasa Gempa Berbasis Kinerja Performance Based Design, Edisi 2, Penerbit Andi, Ketahanan Gempa Dalam Rangka Konservasi Bangunan BersejarahMichael TitonoTitono, Michael., 2010, Analisa Ketahanan Gempa Dalam Rangka Konservasi Bangunan Bersejarah, Studi Kasus Gedung X, Laporan Tugas Akhir, Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok.

ANALISISHARGA KOMPONEN STRUKTUR BANGUNAN TAHAN GEMPA PADA ZONA 10 DAN 11 DI PROVINSI ACEH . Tersimpan di: Main Author: Alfazal Fuadi: Format: Terbitan: Fakultas Teknik, 2018: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan biaya komponen struktur bangunan tahan gempa. Kajian ini dilakukan pada wilayah gempa Aceh zona 10

ContohDesain Bangunan Tahan Gempa: Dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus dan Sistem Dinding Struktur Khusus di Jakarta; Virtual Open Campus: Program Studi Magister dan Doktor Departemen Teknik Sipil dan LIngkungan UGM; PENGENALAN ANALISA GEMPA NONLINEAR DINAMIK DAN APLIKASINYA PADA KASUS TES DINAMIK Indonesiamerupakan daerah yang termasuk wilayah rawan gempa. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan konstruksi bangunan tahan gempa dalam mengurangi resiko kerusakan yang diakibatkan gempa bumi. Perencanaan Konstruksi tahan gempa terdapat beberapa metode salah satunya yaitu metode analisis pushover. Pushover adalah metode analisis static denganmemasukkan data-data struktur yang sudah ditentukan. Analisis beban gempa yang digunakan adalah analisis be-ban gempa dinamis berupa beban gempa respons spektrum berdasarkan SNI 03-1726-2002 dan RSNI 03-1726-201X. Adapun perbedaan yang akan ditinjau yai-tu mengenai konsep peta gempa, keten-tuan faktor keutamaan bangunan, pembua-

PRINSIPBANGUNAN TAHAN GEMPA Bangunan yang di katakan tahan gempa adalah bangunan yang merespon gempa dengan sifat daktilitas yang mampu bertahan dari keruntuhan, dan fleksibilitas dalam meredam getaran gempa. 1. Dirancang dan diperhitungkan 2. Kombinasi beban dan analisis struktur 3. Penggunaan matrial yang ringan 4.

Bangunantahan gempa merupakan bangunan yang dirancang dan diperhitungkan secara analisis, baik kombinasi beban, penggunaan material, dan penempatan massa strukturnya. Digoyang gempa sedang, hanya mengalami kerusakan non struktur 3. kNzSJC.
  • fxi1qgwg7d.pages.dev/104
  • fxi1qgwg7d.pages.dev/98
  • fxi1qgwg7d.pages.dev/164
  • fxi1qgwg7d.pages.dev/438
  • fxi1qgwg7d.pages.dev/441
  • fxi1qgwg7d.pages.dev/144
  • fxi1qgwg7d.pages.dev/36
  • fxi1qgwg7d.pages.dev/234
  • analisis struktur bangunan tahan gempa